Rezeki dan Ajal
Rezeki dan Ajal adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan Kitab Al-Fawaid. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah Taslim, M.A. pada Kamis, 21 Rabiul Akhir 1446 H / 24 Oktober 2024 M.
Kajian Islam Tentang Rezeki dan Ajal
Saat ini, kita memasuki topik berjudul Rezeki dan Ajal. Bagaimana kita menyikapi hal ini dalam kehidupan? Rezeki dan ajal merupakan dua ketetapan yang sudah Allah Subhanahu wa Ta’ala tentukan kadarnya bagi setiap manusia. Dengan memahami hal ini, diharapkan kita dapat meraih rahmat-Nya melalui sikap yang benar dalam menghadapinya.
Imam Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta’ala menjelaskan bahwa kita harus memusatkan diri untuk berusaha melakukan apa yang Allah perintahkan, yaitu mengusahakan kebaikan yang dianjurkan dalam agama dan menjauhi keburukan yang dilarang dalam Islam. Jangan menyibukkan diri dengan hal-hal yang sudah dijamin, seperti rezeki dan ajal, karena ini merupakan ketentuan yang Allah sudah jamin akan datang.
Sesungguhnya, rezeki dan ajal adalah dua hal yang bergandengan yang sudah Allah jamin. Selama umur manusia masih tersisa, rezekinya akan tetap datang dan tidak akan terkurangi. Jika Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hikmah-Nya yang Maha Sempurna menutup satu pintu rezeki (meskipun kita inginkan), maka pasti Dia akan membukakan pintu lain yang lebih bermanfaat dan lebih baik bagi kita.
Coba perhatikan keadaan janin di dalam kandungan ibunya. Makanan datang kepadanya melalui satu jalur, yaitu tali pusar, yang mengalirkan nutrisi berupa darah yang dibutuhkan oleh janin tersebut. Setelah genap sembilan bulan atau lebih, janin itu lahir, dan jalur makan dari tali pusar terputus. Apa yang terjadi kemudian? Allah membuka dua jalur rezeki lainnya. Allah alirkan rezeki untuk bayi melalui dua jaur susu ibunya, yang memberikan makanan dan minuman yang lebih baik dan lezat berupa susu yang murni, sangat cocok bagi bayi yang membutuhkan gizi untuk pertumbuhannya. Subhanallah, ini adalah hikmah sempurna dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kemudian, jika masa persusuan sudah sempurna, biasanya dua tahun, dan dua jalur tersebut terputus karena bayi disapih dari susu ibunya, Allah membuka empat jalur rezeki yang lebih sempurna. Yaitu dua jenis makanan dan dua jenis minuman. Allah menyediakan baginya makanan dari sumber hewani, seperti daging ayam atau kambing, dan dari tumbuhan, seperti beras, gandum, jagung, serta sayur-mayur. Dua jenis minuman tersebut adalah air dan susu, serta berbagai hal yang ditabahkan kepada keduanya berupa manfaat yang nikmat bagi bayi tersebut.
Selanjutnya, jika manusia tumbuh dewasa, kemudian meninggal dunia, maka terputuslah empat jalur makanan ini. Namun, jika ia termasuk orang yang beruntung dan beriman serta mendapatkan balasan kebaikan di akhirat, Allah akan membukakan baginya delapan jalan, yaitu delapan pintu surga yang dengannya seseorang dapat masuk dari pintu mana saja yang dikehendakinya.
Subhanallah, ini adalah hikmah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah Allah persiapkan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman. Allah tidak pernah putus memberikan sebab-sebab rezeki dan kebaikan makanan bagi mereka.
Maka demikianlah Allah, Dia tidak akan menahan seorang hamba yang beriman dari rezeki di dunia ini kecuali Dia akan memberikan sesuatu yang lebih utama dan lebih bermanfaat bagi hamba tersebut.
Hal ini mendorong seorang hamba untuk selalu bersangka baik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ingatlah firman Allah dalam Al-Qur’an:
وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 216)
Seorang hamba mungkin berpikir, “Mengapa saya dihalangi mendapatkan sesuatu ini, padahal hal ini halal dan Allah mudah untuk memberikannya kepadaku?” Allah Subhanahu wa Ta’ala, ketika menutup satu pintu, akan membuka pintu lain yang lebih baik dan lebih bermanfaat, mungkin dari arah yang tidak disangka. Ini adalah kebaikan yang Allah berikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala Al-Latif (Maha Halus), yang termasuk di antara maknanya adalah Dia memberikan kebaikan untuk kita dari jalan yang halus yang tidak kita sangka bahwa itu mendatangkan kebaikan. Sehingga jalur yang buruk tadi Allah tutup dan membukakan jalur lain yang lebih baik, agar kita mendapatkan kebaikan tersebut dan terhindar dari keburukan.
Keistimewaan ini hanya didapatkan oleh orang-orang yang beriman. Hanya mereka yang Allah Subhanahu wa Ta’ala perlakukan dengan istimewa. Allah selalu memberikan ganti yang lebih baik bagi hamba-Nya yang beriman. Sesungguhnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menahan hamba-Nya yang beriman dari sesuatu yang rendah dan hina serta tidak meridhai mereka mengutamakan dunia dan mengikuti hawa nafsu. Karena Allah hendak memberikan bagian yang tinggi dan berharga bagi mereka.
Sedangkan seorang hamba, karena ketidaktahuannya terhadap kemaslahatan bagi dirinya, sering kali tidak mengetahui kebijaksanaan Allah. Hamba yang jahil tidak menyadari bahwa Allah Maha Pemurah dan Lembut dalam takdir-Nya. Sehingga dia tidak mengetahui perbedaan antara apa yang Allah jauhkan darinya dan apa yang Allah jadikan ghaib dan Allah siapkan sebagai kebaikan bagi hamba tersebut.
Orang-orang yang mengenal Allah dan mempelajari sifat-sifat-Nya memahami hal ini dan meyakini kesempurnaan Allah. Mereka akan selalu ridha dengan apa yang Allah berikan, dan tetap bersangka baik kepada-Nya dalam setiap hal yang Allah jauhkan darinya.
Bagaimana pembahasan lengkapnya? Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..
Download MP3 Kajian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/54629-rezeki-dan-ajal/